Behavior Therapy

M.Harun Al-Rosyid
14510154/ 3PA01

BEHAVIOR THERAPY & TOKOH
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.

Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa “ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan”.

Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.
Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.
Tujuan Terapi
Tujuan utamanya menghilangkan tingkah laku yang salah dan mengantikannya dengan dengan tingkah laku yang baru yang lebih sesuai. Secara rinci tujuan tersebut adalah untuk:
1. Menghapus pola-pola perilaku maladaptive anak dan membantu mereka mempelajari pola-pola tingkah laku yang lebih kontruksif
2. Mengubah tingkah laku maladaptive anak
3. Menciptakan kondisi-kondisi yang baru yang memungkinkan terjadi proses belajar ulang.
Konseling dan terapi behavior pada dasarnya merupakan proses penghapusan hasil belajar yang salah dengan memberikan pengalaman-pengalaman belajar baru yang didalamnya mengandung respon-respon yang layak yang belum dipelajari. Sedangkan menurut Corey (dalam Koswara,2009) terdapat tiga fungsi tujuan dari konseling dan terapi behavior, yaitu: 1) refleksi masalah klien sekaligus arah konseling, 2) dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling dan terapi, 3) landasan untuk menilai hasil konseling dan terapi.
Peranan dan fungsi terapi
Dalam pendekatan behavior telah menempatkan pentingnya fungsi dan peranan konselor atau terapis sebagai pengajar. Secara aktif, direktif dan kreatif konselor atau terapis diharapkan mampu menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya guna mengajarkan keterampilan-keterampilan baru sesuai permasalahan klien dan tujuan yang diinginkan. Fungsi lain yang juga harus ditegakkan oleh konselor atau terapis selama proses konseling atau terapis adalah melaksanakan assesmen dan penilaian secara terus menerus, menetapkan sasaran perubahan perilaku dan bagaimana mengajarkan untuk mencapainya, peka terhadap perubahan-perubahan yang terjad, serta membantu mengembangkan tujuan-tujuan pribadi dan sosialnya.
Merode , Tehnik dan Proses Terapi
Menurut Krumboltz (dalam Surya, 2003) mengemukakan bahwa terdapat empat metode dalam terapi behavior, yaitu:
a. Operant Learning
Dalam metode ini yang penting adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku yang diharapkan, serta pemanfaatan situasi diluar klien yang dapat memperkuat perilaku klien yang dikehendaki.
b. Unitative Learning atau Social Modeling
Dalam metode ini yang penting adalah perlunya konselor merancang perilaku adaptif yang dapat dijadikan model bagi klien, baik dalam bentuk rekaman, pengajaran berprogram, video. Film, biografi atau model.
c. Cognitive Learning
Metode ini lebih banyak menekankan pentingnya aspek perubahan kognitif klien. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dengan klien dan bermain peran
d. Emotional Learning
Metode ini diterapkan untuk individu yang mengalami kecemasan, melalui penciptaan situasi rileks dengan menghadirkan rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama dengan situasi rangsangan yang menimbulkan kesenangan, sehingga secara berangsur kecemasan tersebut berkurang dan akhirnya dapat dihilangkan.
Sedangkan teknik yang biasa digunakan dalam keempat pendekatan atau metode di atas antara lain:

Desentisisasi sistematis, yaitu suatu cara yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperbuat secara negatif dengan menyertakan pemunculan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan. Salah satu caranya adalah dengan melatih anak untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan.
Latihan asertif, yaitu latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan, dengan cara mempertahankan hak dan harga dirinya. Dalam pelaksanan teknik ini, penting bagi konselor atau terapis untuk melayih keberanian anank untuk berkata atau menyatakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya secara tegas. Caranya dapat melalui bermain peran. Misalnya anak diminta untuk berperan sebagai orang tua yang galak dan konselor atau terapis sebagai anak yang pendiam. Kemudian peran tersebut dipertukarkan.
Terapi aversi, yaitu digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk atau menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku yang positif, dengan meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Misalnya, anak yang suka mabuk, maka minumannya dicampur dengan obat tertentu yang dapat menjadikan pusing atau muntah
Penghentian pikiran, teknik ini efektif digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya, misalnya klien ditutup matanya sambil membayangkan dan mengatakan sesuatu yang menganggu dirinya.
Kontrol diri, dilakukan untuk meningkatkan perhatian pada anak tugas-tugas tertentu, melalui prosedur self assessment, mencatat diri sendiri, menentukan tindakan diri sendiri dan menyusun dorongan diri sendiri
Pekerjaan rumah, yaitu dengan memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada klien yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi tertentu. Misalnya, kepada klien yang suka melawan ketika dimarahi orang tua, maka diberi tugas selama satu minggu untuk tidak menjawab ketika sedang dimarahi, kemudian hasilnya dievaluasi dan secara berangsur ditingkatkan.

ANALISIS RATIONAL EMOTIVE THERAPY

Nama : M. Harun Al-Rosyid

NPM : 14510154

Fakultas/jurusan : Psikologi

Kelas : 3PA01

ANALISIS RATIONAL EMOTIVE THERAPY
Teori konseling kognitif lain dalam teori perilaku adalah teori Rationalemotive. Konsep dasar teori ini adalah bahwa pola berpikir manusia itu sangat dipengaruhi oleh emosi, demikian pula sebaliknya. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan atau sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik. Sedangkan pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu pikiran seseorang.(Surya, 1988)
BIOGRAFI TOKOH
ALBERT ELLIS (lahir 1913) lahir di Pittsburgh tetapi melarikan diri ke belantara New York pada usia 4 tahun dan selanjutnya tinggal di sana (kecuali setahun ketika ia tinggal di New Jersey) sejak itu. Pada masa kanak-kanak ia sembilan kali dirawat di rumah sakit, sebagian besar karena gangguan nephtitis, dan kemudian berkembang menjadi renal glycosuria pada usia 19 tahun dan diabetes pada usia 40 tahun. Tetapi dengan ketangguhannya memelihara kesehatannya dan tidak mau meratapi akan keadaan kesehatannya yang buruk itu dia bisa menikmati kehidupan yang penuh energi.
Karena menyadari akan ketrampilannya memberikan konsultasi kepada orang banyak, dan juga merasakan betapa ia menikmatinya maka iapun bertekad untuk menjadi psikolog. Delapan tahun setelah kelulusannya daro College dia masuk matrikulasi program psikologi klinis di Teachers College, Columbia. Dia memulai prakteknya dalam bidang perkawinan, keluarga, dan terapi seks. Karena percaya bahwa psikoanalisis adalah bentuk terapi yang paling dalam mala Elis dianalisis dan disupervisi oleh aliran Karen Horney. Dari tahun 1947 sampai 1953 dia mempraktekkan analisis klasik dan psikoterapi yang berorientasi pada analisis.
Setelah dia sampai pada kesimpulan bahwa psikoanalisis itu secara relative merupakan bentuk penanganan yang semu dan tidak ilmiah maka diapun bereksperimen dengan beberapa sistem yang lain. Pada awal tahun 1955 dia menggabungkan terapi humanistik, filosofis, dan behavioral menjadi terapi rasional-emotif (TRE).
Tujuan Terapi
Dalam kontek teori kepribadian, tujuan konseling merupakan efek (E) yang diharapkan terjadi setelah dilakukan intervensi oleh konselor (desputing/D). oleh karena itu teori TRE tentang kepribadian dalam formula A-BC dilengkapi pleh Ellis sebagai teori konseling menjadi A-B-C-D-E(antecedent event, belief, emotional consequence, desputing, dan effect). Efek yang dimaksud adalah keadaan psikologis yang diharapkan terjadi pada klien setelah mengikuti proses konseling.
Peranan dan fungsi terapi
Aktivitas-aktivitas terapeutik utama TRE dilaksanakan dengan satu maksud utama, yaitu : membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasangagasan yang tidak logis dan untuk belajar gagasan-gagasan yang logis debagai penggantinya. Sasarannya adalah menjadikan klien menginternalisasi suatu filsafat hidup yang rasional sebagaimana dia menginternalisasi keyakinankeyakinan dagmatis yang irasional dan tahyul yang berasal dari orangtuanya maupun dari kebudayaannya.
Hubungan antara terapi dan klien
Pola hubungan pada konseling ini berbeda denagn sebagian besar bentuk terapi yang lain. ide dasar pengembangan hubungan adalah menolong klien dalam hal menghindari sifat mengutuk diri sendiri. Disini terapis harus menunjukkan sifat penerimaan mereka secara penuh, tidak ada hubungan yang membertikan arti utama paad kehangatan pribadi dan pengertian empatik, dengan asumsi empatik bisa menjadi kontra produktif karena bisa memupuk rasa ketergantungan. Tetpi terapis menekankan hubungan saling mengerti dan membangun kerjasama dan terapis biasanya sanagt terbuka dan langsung dalam mengungkapkan keyakinan dan nilai mereka sendiri (Corey, 1995: 475- 476).
Tehnik dan Proses Terapi
a. Teknik Emotive
Menurut Corey (1995) ada beberapa teknik emotif, yaitu: (1) assertive training; digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus menerus menyesuaikan dirinya dengan pola perilaku sesuai dengan yang diinginkannya, (2) sosiodrama; digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan klien (perasaanperasaan negatif) melalui suatu suasana yang dramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapan dirinya sendiri baik secara lisan, tulisan ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis, (3) self modeling, digunakan dengan meminta klien untuk berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu. (4) irnitasi, digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi perilakunya sendiri yang negatif.
b. Teknik Behavioristik
Ada dua teknik behavioristik yaitu; (1). Reinforment, digunakan untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal ataupun punishment, (2) Social modeling, digunakan untuk menggambarkan perilaku –perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah-masalah.
c. Teknik Kognitif
Teknik kognitif yang cukup dikenal adalah Home Work Assigment atau teknik tugas rumah, digunakan agar klien dapat membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntun pola perilaku yang diharapkan.(Corey, 1995)

Analisis Transaksional

Nama : Muhammad Harun
NPM : 14510154
Fakultas/jurusan : Psikologi
Kelas : 3PA01

ANALISIS TRANSAKSIONAL
Analisis Transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis Transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri

BIOGRAFI TOKOH
Eric Berne (1910-1970) seorang psikiatris dan psikoanalisis, mendapatkan gelar M. D dari MCGill University di Montreal pada tahun 1953, dan menyelesaikan pendidikan spesialis psikiater di Yale university. Pada tahun 1964 buku pertamanya Games People Play (permainan yang dimainakn orang) menjadi buku terlaris seacara internasional. Pada saat yang sama pendekatan terapeutiknya yang baru, yang mencerminkan ditinggalkannya psikoanalisis secara radikal, menjadi popler secara luas di tahun 1960an (corey, 1995: 373). Berne mengembangkan dasar teori ananalisis transaksional pada tahun 1950an. Penemuannya tentang sattus ego disadari sebaagi fase pertama dari sejarah perkembangan analisis transaksional. Penemuan teori tersebut berdasarkan eksperimen-eksperimen neorulogi yang menyatakan bahwa status ego yang dialaimnya individu berbeda lewat stimulus.

Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan). Analisis Transaksional berakar dalam suatu filsafat anti deterministic yang memandang bahwa kehidupan manusia bukanlah suatu yang sudah ditentukan.

Analisis Transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya. Gringkers’s mengemukakan pandangannya bahwa hakikat hidup manusia selalu ditempatkan dalam interaksi dan interelasi sebagai dasar bagi pertumbuhan dirinya.

Dalam diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego anak (Child = C, arheopsychic).

Tujuan Terapi
Membantu pihak klien daalm rangka membuat keptusan baru, yaitu tentang tingkahlakunya sekrang yang diarahkan pa kehidupannya, caranya denagn jalan membantu klien untuk mendapatkan kesadaran tentang bagaimana klien mengahdapi masalahnya berkaitan denagn kebebasan memilih dan memberikan pilihan untuk menentukan cara hidupnya (Rosijan, ).

Peranan dan fungsi terapi
Terapis berperan sebagai guru adalah menerangkan tehnik seperti analisis struktural, analisis transaksioanl, analisis naskah, dan analisi permainan. Terapis membantu klien dalam rangka menemukan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan, mengadaptasi rencana hidup dan mengembangakn strategi dalam berhubungan denagn orang lain. terapis membantu klien dalam menentukan alternatif-alternatif (Subandi, ed, 2003: 83). Corey (1995: 386), menyatakan tugas terapi adalah menolong klien mendapatkan perangakt yang diperlukan untuk mendapat perubahan, menolong klien untuk menemukan kekuatan internal mereka untuk mendapatkan perubahan denagn jalan mengambil keputusan yang lebih cocok. Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua).

Hubungan antara terapi dan klien
Seperti terapi behavioral yang lain, terapi ini lebih menuntut adanya ketrampilan dan kepekaan yang tinggi untuk menjalin hubunagn kerja ddenagn klien. Terapis untuk aktif dan bersikap mengarahkan serta berfungsinya sebaagi konsultan dan yang bisa menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, mereka menggunakan model brusaha keras dalam mendorong perubahan perilaku dalam lingkunagn alami klien, maka hal penting yang perlu mendapatkan perhatian adalah bahwa mereka secara pribadi bisa bersikap menunjang (Corey, 1995: 422).

Tehnik dan Proses Terapi
Proses terapi dalam pendekatan analisis transaksioanal terdiri dari beberapa metode yaitu :
Analisis struktural
• Merupakan perangkat yang bisa menjadikan manusia sadar akan isi dan berfungsinya orang tua, orang dewasa dan anak-anak yang ada pada diri meraka.
• Klien dapat belajar mengidentifikasi status ego mereka.
Analisis Transaksioanal
• Suatu deskripsi tentang apa yang dikerjakan dan dikatakan orang tentang dirinya sendiri & orang lain
• Yang terjadi antar manusia melibatkan transaksi status ego; jika pesan disampaikan diharapkan ada respon
• 3 jenis transaksi; komplementer, lintas, & tersembunyi
Transaksi komplementer ini dapat terjadi jika antara stimulus dan respon cocok, tepat dan memang yang diharapkan sehingga transaksi ini akan berjalan lancar. Misalnya pembicaraan antara dua individu yang sama-sama menggunakan status ego orang tua, dewasa atau anak-anak.
Transaksi silang, ini terjadi jika antara stimulus dan respon tidak cocok atau tidak sebagaimana yang diharapkan dan biasanya komunikasi ini akan terganggu.
Transaksi terselubung, terjadi jika antara dua status ego beroperasi bersamasama. Biasnya dapat dirasakan meliputi dewasa diarahkan ke dewasa, akan tetapi menyembunyikan suau pesan yang sebenarnya. Misalnya dewasa ke anak, atau orang tua ke anak.
Pemodelan keluarga
• Untuk menangani orang tua, orang dewasa dan anak-anak dan konstan
• Klien diminta membayangkan suatu skenario yang mencakup sebanyak mungkin org yang signifikan pada masa lalu, termasuk dirinya
• Klien sebagai sutradara, produser, & aktor
Analisis ritual & waktu senggang
• Untuk menangani orangtua, orang dewasa & anak-anak konstan
• Klien diminta membayangkan suatu skenario yang mencakup sebanyak mungkin orang yang signifikan pd ms lalu, termasuk dirinya
• Klien sbg sutradara, produser, & aktor
Analisis permainan & Racket
• Melukiskan sebuah permainan sebagai “urut-urutan transaksi tersembunyi yang komplementer yang terus menerus berjalan maju ke arah terciptanya hsl hsl yang tertata baik & bisa diramalkan”
Analisis suratan
• Bagian dari proses terapi yang akan bisa mengidentifikasi pola hidup yang diikuti klien.
• Klien memungkinkan memilih alternatif baru pada saat menjalani kehidupan.